Wednesday, September 19, 2012

Menjaga Rahasia Anak


Saya sempat bertengkar hebat dengan anak saya, setelah secara tidak sadar, saya berceloteh panjang lebar tentang prilakunya yang sedang menaksir lawan jenisnya. Saya cerita tentang sikapnya yang mellow dan suka lagu-lagu romantis sejak ditaksir kakak kelasnya di sekolah, ungkap seorang ibu. ketersinggungan anak terhadap 'kelancangan' ibunya itu berbuntut panjang. "anak  ngambek dan gak mau bicara dengan saya selama tiga minggu, hanya karena keteledoran saya ngegosip sama teman-teman".

Apa yang dihadapi oleh seorang ibu tersebut adalah bentuk rasa sayang yang berlebihan kepada anak-anaknya.sehingga terkadang orangtua tidak menyadari anaknya sudah dewasa. Rahasia terbesar yang harus dijaga oleh setiap orangtua tentang anaknya adalah ketika anaknya mulai menyukai lawan jenisnya. Karena ini biasanya adalah masalah yang sangat pribadi bagi seorang anak. Anak biasanya tidak ingin semua orang tahu tentang perilaku dirinya ketika sedang menyukai seseorang.Padahal bila anak semakin besar, orangtua perlu semakin memperhatikan dan menghormati privasi anak, "setiap anak pasti memiliki privasi yang tidak dibeberkan terbuka kepada orang lain. Semakin anak tumbuh biasanya keinginan untuk mandiri dan memiliki privasi semakin tinggi. Ia mungkin mulai mempunyai rahasia yang tidak ingin ia ceritakan pada orngtuanya, atau yang ia pikir orangtuanya tidak perlu tahu.

Bila anaknya bicara yang dimulai dengan imbauan "ma, ini hanya rahasia kita berdua saja ya, orang lain tidak perlu tahu bahkan papa sekalipun, sang ibu harus bersiap-siap untuk menjaga rahasia tersebut. Ibu harus memiliki kepekaan yang tinggi akan hal ini. Jika ini dilanggar,  bukan mustahil kepercayaan seorang anak terhadap orangtuanya akan luntur. Efeknya, bisa menjadi trauma pada si anak dan jadi enggan terbuka kepada orangtuanya.
Curhat vs  rahasia

Pada dasarnya, curhat atau mencurahkan isi hati  biasanya mulai dilakukan oleh anak 6-12 tahun. Namun isi curhatnya tidak sedalam orang dewasa. Umumnya masih bersipat ringan, atau minatnya pada sesuatu atau soal lawan jenisnya yang menarik perhatiannya. Semakin besar usia anak, seiring juga dengan pengalaman hidup yang dialaminya, jenis curhat akan semakin beragam dan mendalam.

Hanya saja, kadang-kadang ketika sang anak mulai mencurahkan isi hatinya, orangtua kerap abai untuk menahan diri.  tidak sedikit orangtua yang secara tidak sadar suka mengumbar rahasia anak kepada orang lain. pengalaman ini biasanya hanya terjadi pada ibu. Padahal banyak anak  yang berharap orangtuanya bisa mengerti topik pembicaraan apa saja yang sifatnya rahasia dan apa yang tidak.

Orangtua memang kerap lancang bercerita tentang apa yang dihadapinya anaknya. Ia bisa saja terjadi karena setiap orangtua pada dasarnya begitu ingin membimbing dan melindungi anaknya ke jalan yang benar. Hanya saja kadang-kadang jalan itu akhirnya kerap melanggar privasi anak.Kalau privasinya terlanggar maupun rahasianya diungkap, banyak anak yang kemudian menutup diri dan cenderung menghindar dari orangtuanya.

Padahal ketertutupan anak, kerap membuat orangtua semakin ingin tah, sehingga terpancing untuk semakin melanggar privasi anak.Tidak mengherankan jika banyak orangtua yang sengaja "mencuri' membaca buku harian anaknya, menggeledah kamar anaknya "mengintrogasi" teman-temannya hanya karena ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan anaknya.

Sebaiknya orang tua perlu membedakan antara hal-hal yang perlu diketahui dan  hal-hal yang tidak perlu diketahui. Bicarakan hal-hal yang perlu diketahui dengan mereka. Let it go, hal-hal yang tidak perlu diketahui. Terkadang anak menganggap  orangtuanya belum saatnya mengetahui masalah yang dihadapinya. Dalam menghadapi kondisi ini, biarkan dan awasi tingkah  lakunya, jangan didekte atau dilarang, karena ini nanti akan menghambat komunikasi secara terbuka anak kepada orangtuanya.

Anak introvert dan ekstrovert
Soal curhat, tidak selamanya anak percaya, temanadalah sahabat yang baik untuk menjaga rahasianya. "semua tergantung pada keperibadian anak"  Si ekstrovert, umpamanya, karena keperibadian terbuka, akan lebih sreg kalau hatinya ditumpahkan kepada orang lain, supaya lebih plong. Bahkan si ekstrovert bisa melakuakan curhat pada banyak teman-teman. Jadi tak terbatas hanya pada orang yang itu-itu saja.

Sebaliknya, anak intovert umumnya enggan curhat. Kalaupun mau mengeluarkan unek-unek, ia lebih memilih membuat puisi, menulis diari, menggambar, atau sejenisnya. Nah, kalau ada anggapan bahwa anak perempuan lebih sering melakukan curhat ketimbang anak laki-laki, baik anak perempuan maupun laki-laki mempunyai kebutuhan yang sama untuk mencurahkan isi hatinya. Bedanya mungkin hanya pada caranya saja. Ketika curhat, anak perempuan bisa menceritakan dari A sampai Z suatu persoalan.  Sementara anak laki-laki biasanya lebih singkat dan langsung pada inti masalahnya.

Curhat yang wajar dan yang tidak
curhat jelas bukan perilaku negatif karena manusia pada dasarnya butuh mengeluarkan unek-unek, butuh didengar, dan butuh diperhatikan. Dengan curhat, anak bisa meringankan beban masalah yang sedang dihadapinya syukur-syukur bisa mendapat solusi atau setidaknya dukungan semangat dari teman curhatnya itu.
Justru anak yang sama sekali tidak mau mengungkapkan isi hatinya, terkadang memendam masalah yang tidak kunjung terselesaikan. Dengan memendam masalah, berarti ia dituntut menyelesaikan sendiri. Padahal mungkin saja belum mampu untuk itu dan membutuhkan bantuan orang lain.

Namun begitu, perilaku curhat bisa juga membawa dampak negatif. Hal ini terjadi karena cara berpikir anak yang belum bijak, sehingga saran teman-teman yang tidak bisa ditelannya mentah-mentah sebagai suatu solusi. Belum lagi, bila curhat pada teman ini sudah dijadikan suatu kebiasaan.

ujung-ujungnya apa pun permasalahan yang dihadapi anak, akan diungkapkan pada teman-temannya. Termasuk soal keluarga, soal orangtuanya yang suka bertengkar, soal ayahnya yang jarang pulang, soal gaji ayahnya yang sangat besar, soal ibunya yng beli peralatan elektronik mutahir, dan sebagainya. Kalau ini terjadi, curhat bukan lagi suatu yang positif karena akanmengumbar rahasia keluraga yang seharusnya hanya diketahui orang-orangtertentu saja. mungkin saja tanpa disadari, citra anak menjadi negatif di mata kawan-kawanya sehingga bisa dijadikan bahan ejekan ketika hubungan dengan teman-temannya merenggang.

Bila curhat anak ke teman-temanya masih wajar-wajar saja, dalam artian tidak menceritakan permasalahan keluarga, orangtua tidak perlu merisaukannya. Trekadang curhat antar teman dibutuhkan sebagai cara pengekspresian diri, ajang bergaul, untuk mencari teman bergaul baru. Namun bila curhat anak sudah melenceng menyentuh masalah internal keluarga, perlu diluruskan.

Dalam menyikapi masalah ini, orangtua perlu melakukan intropeksi diri karena beberapa penyebab anak lebih memilih curhat  pada temannya ada kaitannya dengan orangtua yang bernasalah. Jangan -jangan selama ini orangtua tidak pernah mendengarkan segala unek-unek dan keluh kesahnya. kalau memang demikian, orangtua perlu membenahi keembali hubungannya yang renggang dengan baik.

Sebagai langkah awal, orangtua mendekati anaknya kembali. Saat anak mencoba curhat, munculkan sikap impati dan dengarkan cerita anak dengan seksama, jangan menghakimi. jika isi curhatnya merupakan permasalahan yang dihadapi anak, berikan solusi penyelesaian sesuai dengan kemampunnya.

Setelah itu barulah anak diajak berdiskusi soal untung rugi menceritakan rahasia keluraga pada orang lain. Gunakan kata-kata sederhana seraya menjabarkan apa akibat yang akan diterimanya saat ia melaukan curhat pada sembarang orang. Diskusi dari hati akan membuat anak berpikir dua kali menceritakan rahasia kelurga.

No comments:

Post a Comment