Anak Merupakan pelengkap kebahagian pasangan menikah. Saat berkumpul dalam acara keluarga, sering muncul pertanyaan seperti, "isi" belum? dan sebagainya. Mungkin pertanyaan itu tidak menjadi persoalan bagi pasangan yang baru saja menikah, namun bisa menjadi tofik sensitif bagi pasangan yang telah bertahun-tahun merindukan momongan.
Pernikahan adalah pengukuhan hubungan dua individu laki-laki dan perempuan dalam sebuah lembaga perkawinan yang sah. Salah satu tujuan pernikahan adalah mendapatkan keturunan sebagai penerus generasi . Buah hati bukan saja penerus generasi dan perekat perkawinan, tetapi juga awal dari langkah selanjutnya bagi pria dan wanita dalam mengisi tugas sebagai ayah dan ibu. Dengan berubahnya peran, individu akan mulai belajar bagaimana harus berperilaku.
Meski banyak pasangan yang ingin segera memiliki momongan setelah menikah, namun tidak sedikit pasangan yang sengaja menunda. Ada bererapa alasan mengapa pasangan menikah menunda untuk memiliki anak. Pertama, ketidakpastian secara materi. Dalam hal ini, pasangan memiliki ketakutan bahwa pendapatan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan si buah hati. Kedua, ketidak siapan secara psikologis. Alasan ini muncul karena adanya ketakutan tidak bisa menjadi ayah atau ibu yang baik. Ketiga, pasangan mendahulukan kepentingan lain. Misalnya, melanjutkan studi. dan lain sebagainya.
Alasan sebuah pasangan mengharapkan kehadiran buah hati seringkali didasarkan pada motivasi saat awal pernikahan. Misalnya, pasangan yang menikah karena ingin mempunyai keturunan, cenderung ada menuntut agar sang istri harus dapat melahirkan anak. Namun ada juga pasangan yang menikah, lebih karena ingin mempunyai teman.
Penantian akan lahirnya buah hati bisa menjadi masalah dalam rumah tangga, bila keduanya tidak bisa menerima keadaan. Apalagi bila salah satu pihak menimpakan kesalahan pada pasangan, biasanya dalam hal ini istri sebagai korban. Padahal suatu pasangan tidak dikarunia anak bukan melulu karena masalah intertilitas tetapi juga masalah psikologis.
Lantaran tak kunjung dikaruniai anak, ada pasangan yang depresi. Namun banyak pasangan tanpa anak yang menerimanya dengan pasrah, dan berpikir positif. Namun hal ini kembali lagi pada konsep pernikahan mereka, apakah ingin cepat dapat momongan atau memang ingin menunda dengan berbagai alasan.
Timbul Masalah.
Permasalahan pada pasangan menikah tanpa anak, bisa jadi justru disebabkan oleh sikap masyarakat atau lingkungan sekitar yang menuntut adanya anak. Baik tuntutan secara langsung, misalnya ayah atau ibu mertua yang terus menerus meminta cucu, maupun tidak langsung, mulai dari sekedar gunjingan ringan, hingga gossip menjengkelkan.
Dalam banyak kasus, istri merasa lebih tertekan jika setelah beberapa tahun belum juga mendapatkan keturunan. Apalagi bila diketahui bahwa sang istri mempunyai masalah keturunan. Apalagi bila diketahui bahwa sang istri mempunyai masalah fertilitas, sehingga tekanan pun akan semakin besar. Tak jarang muncul tekanan lingkungan, bahwa dari suami agar mengijinkan poligami. Sebagai istri akhirnya menyerah dan mengijinkan suaminya berpoligami. Tetapi pada dasarnya tidak ada seorang istri pun rela suaminya menikah lagi atau pun diduakan.
Ketidak hadiran buah hati ini bisa menimbulkan masalah ketika masing-masing pasangan tidak membuka pikiran atau menerima keadaan dan mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar. Ada yang tidak peduli namun ada juga sebagian pasangan yang terganggu dengan ketiadaan anak ini. Biasanya hal tersebut karena tidak ada komunikasi dua arah antara mereka.
Butuh Kedewasaan
Memang tidak semua pasangan mempermasalahkan ketidak hadiran si buah hati di tengah-tengah mereka. Namun tetap dibutuhkan kedewasaan sikap dan toleransi yang sangat besar pada masing-masing pihak. Setidaknya mereka perlu memahami bahwa ketidakmampuan memiliki keturunan bukan semata-mata kesalahan pasangan (istri atau Suami). Apa pun kondisinya,masing-masing pihak harus saling mendukung dan mengupayakan solusinya. Duduk bersama dan mendiskusikan bagaimana cara terbaik untuk menghadapi kenyataan tersebut tanpa ada campur tangan orang ketiga.
Oleh karena itu sebelum menikah setiap pasangan harus benar-benar mengenal pasangan, mulai dari sifat baik dan jeleknya, kebiasaan-kebiasaan positif dan buruknya, cara dia mengambil keputusan, sampai pola keluarga dari masing-masing pasangan. Hal tersebut perlu diketahui agar tidak ada penyesalan dan kekecewaan yang tak perlu, yang baru muncul setelah pernikahan.
Pada saat timbul masalah itulah hal-hal positif dari seseorang akan terlihat. Setiap pasangan menikah seharusnya berpikir untuk saling melengkapi bukan hanya memikirkan masalah anak yang tidak kunjung hadir. Mereka yang mempunyai kedewasaan berpikir akan melihat bahwa anak hanyalah titipan tuhan dan bukan milik kita sepenuhnya.
Mencari Solusi
Mereka yang mengharapkan buah hati ditengah-tengah keluarga sebaiknya tidak saling menyalahkan dan menuduh siapa penyebabnya. karena yang dibutuhkan untuk mengatasi persoalan tersebut adalah bersama-sama mengupayakan solusi. Apakah sependapat untuk mengadopsi anak, bayi tabung, atau justru sepakat untuk tidak melakukan keduanya. Ada pasangan yang berpikir bahwa untuk membagikan kasih sayang tidak perlu kepada anak kandung saja, tetapi juga kepada keponakan atau anak-anak dilingkungan sekitarnya.
Namun sebelum mereka mengambil keputusan maka hal utama yang harus dilakukan adalah berpikir secara matang, jangan terburu-buru, sehingga salah satu dari mereka tidak sreg. Umpamanya, diputuskan untuk mengadopsi anak. Jangan sampai keputusan tersebut diambil karena desakan dari salah satu pihak. Karena bila terjadi hal seperti itu, maka yang kasihan adalah si anak adopsi itu. Anak itu tidak akan mendapat limpahan kasih sayang, dan perawatan secara optimal.
Tidak jarang pasangan tanpa anak yang mengadopsi anak bisa membuat hubungan mereka menjadi lebih relaks. Kondisi yang lebih santai dan ceria karena adanya anggota baru dalam keluarga biasanya akan menimbulkan kondisi psikologis yang lebih sehat. Namun mengadopsi anak bukanlah satu-satunya pilihan bagi pasangan yang tak kunjung mendapat keturunan.
Jika ketidak hadiran anak disebabkan oleh gangguan medis maka masalah itu bisa diatasi dengan bantuan dan terapi medis pula. Namun jangan mengadopsi anak hanya sebagai upaya untuk memancing agar punya anak. Sebagian masyarakat percaya, bahwa mengadopsi anak dapat memicu hadirnya anak kandung. Cara seperti itu bisa jadi hanya akan membuat si anak jadi terlantar, Sebaiknya sebelum pasangan memutuskan untuk mengadopsi anak, tanyakan kembali pada diri masing-masing apakah betul membutuhkan seorang untuk hadir ditengah-tengah mereka.
Ekspresi kesedihan karena lama tidak mendapatkan anak, biasanya lebih terlihat pada istri. oleh karena itu suami sebaiknya bisa memahami kondisi tersebut. dengarkanlah setiap keluhan sang istri. Hibur sang istri dalam mengisi hari-harinya agar tetap menyenangkan Jangan menjadikan kehadiran anak sebagai masalah besar dalam keluarga.
Dan yang lebih penting adalah, belum hadirnya buah hati, jangan sampai mengurangi kadar kemesraan suami istri. mereka bisa menjalankan aktivitas sehari-hari seperti bias dengan saling memberi motivasi. Bagaimana agar pasangan menjadikan kehidupannya ini tetap bermakna, tanpa mengurangi kadar kasih sayang diantara mereka, maupun pada anak-anak.
No comments:
Post a Comment